Secara etimologi, etika berasal
dari kata ”ethes”, artinya adat kebiasaan. Menurut istilah adalah ilmu yang
menyelidiki baik buruk dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh yang
diketahui oleh akal pikiran (Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi,
oleh Toto Suryana et,al.).
Kahar menyebutkan bahwa etika
berasal dari yunani, dari kata ethos yang mengandung pengertian bahwa
yang dimaksud ialah suatu kehendak baik yang tetap[1].
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan
etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak). Sedangkan dalam bahasa arab etika dibahasakan dengan
akhlak.
Secara
filosofis, etika juga sering disebut sebagai filsafat nilai, karna mengkaji
nilai-nilai moral sebagai tolok ukur tindakan dan perilaku manusia dalam
berbagai aspek kehidupannya. Sumber-sumber etika dan moral bisa merupakan hasil
pemikiran, adat istiadat atau tradisi, ideologi bahkan dari agama.
Dalam
konteks Etika dalam pendidikan Islam, sumber etika dan nilai-nilai yang paling
benar dan shohih adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah nabi Muhammad SAW. Yang
kemudian dikembangkan oleh hasil ijtihad para ulama.
Nilai-nilai
yang bersumber pada adat istiadat atau tradisi dan ideologi sangatlah rentan
dan situasional. Sebab, keduanya adalah produk budaya manusia yang bersifat
relatif. Kadang-kadang bersifat lokal dan situasional.
Sedangkan
nilai-nilai Qur’ani yaitu nilai-nilai yang bersumber kepada Al-Qur’an adalah
kuat, karena ajaran Al-Qur’an bersifat mutlak dan universal.
Abdullah
bin Qassim al-Wasily menyebutkan[2], bahwasannya etika
(akhlak) menurut bahasa berarti tabiat dan perangai, adapun menurut terminologi
para ulama, akhlak adalah sesuatu yang mempresentasikan keadaan atau sifat yang
tertanam kuat di dalam jiwa yang memunculkan perbuatan dan perilaku dengan
sangat mudah tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu.
Jadi, etika atau bisa juga
diistilahkan sebagai akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk oleh setengah manusia kepada lainnya, yang menyatakan tujuan yang harus
dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus dilakukan[3].
Dalam
konteks etika pendidikan Islam, sumber etika dan nilai-nilai yang paling benar
dan shohih adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah nabi Muhammad Saw. Yang
kemudian dikembangkan oleh hasil ijtihad para ulama. Nilai-nilai yang bersumber
pada adat istiadat atau tradisi dan ideologi sangatlah rentan dan situasional.
Sebab keduanya adalah produk budaya manusia yang bersifat relatif.
Kadang-kadang bersifat lokal dan situasional. Sedangkan nilai-nilai Qur’ani
yaitu nilai-nilai yang bersumber kepada Al-Qur’an adalah kuat, karena ajaran
Al-Qur’an bersifat mutlak dan universal.