23.2.14

Sabar & perannya dalam pemberdayaan Masyarakat


Bersabar dalam berbagai situasi dan kondisi serta Memberdayakan potensi anggota masyarakat,  dengan cara :

1. Penanaman kepercayaan diri (caracter building )
Pada dasarnya manusia dilahirkan memiliki karakter yang fitrah. Rasulallah Saw. bersabda, "Setiap bayi dilahirkan di atas fitrah." (HR Bukhari Muslim).
Allah Swt. juga menegaskan bahwa setiap jiwa manusia telah berjanji untuk beriman kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya. Firman Allah :
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): `Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab: `Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi'."  (QS al-A`raf : 172)

Namun, fitrah manusia tidak selamanya dapat dijaga sehingga setiap Muslim dapat menjadi pribadi-pribadi yang bersih dan jujur serta berakhlak karimah. Kemurnian fitrah manusia dapat dengan mudah terkontaminasi oleh pendidikan yang diberikan orang tua, masyarakat sekitar, dan bahkan sistem yang mendukung seseorang menjadi pribadi yang kehilangan karakternya.

Pribadi-pribadi yang kehilangan fitrahnya akan membentuk komunitas yang tidak berkarakter; mereka akan menjadi masyarakat jahiliyah dan cenderung plagiasi. Dalam konteks seperti itulah Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad Saw. kepada orang-orang jahiliyah yang hidupnya hanya mengikuti nenek moyang mereka yang tersesat dan menyembah berhala.

Rasulullah Saw. mulai mendidik karakter jahiliyah masyarakat Arab waktu itu dengan meluruskan ideologi atau keyakinannya. Beliau meluruskan kemusyrikan mereka dengan paradigma tauhid, yaitu meyakini bahwa hanya ada satu Tuhan yang berhak disembah dan menjadi tujuan hidup seluruh manusia di muka bumi.

Karakter tauhid inilah yang menjadi landasan pendidikan karakter yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. dalam seluruh ajaran-ajarannya. Syariat atau aturan serta undang-undang tidak serta-merta diterapkan oleh Rasululloh Saw. Undang-undang atau sistem yang tidak dilandasi oleh ideologi atau paradigma yang lurus pasti tidak efektif.

Oleh sebab itu, Rasulallah Saw. baru mendirikan suatu komunitas setelah beliau mampu mendidik generasi Muhajirin dan Anshar yang berkarakter di Madinah.

Pendidikan karakter yang terpenting adalah pendidikan moral dan etika. Rasululloh Saw. sendiri pun menegaskan hal itu dalam sabdanya,
 "Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak karimah."   (HR Ahmad).
Menumbuhkan kembali akhlak karimah haruslah menjadi kompetensi dalam proses pendidikan karakter setiap anggota masyarakat.
Strategi Rasulullah Saw.  tersebut patut dijadikan teladan oleh bangsa kita. Tanpa paradigma yang tepat tentang hidup dan tujuannya, undang-undang dan sistem apa pun yang dibuat menjadi sia-sia belaka. Kita semestinya mampu menjaga kemurnian karakter, meluruskannya jika salah, membentuk sistem yang tidak merusaknya, serta mengawasinya dengan sebaik-baiknya.

2. Memotivasi untuk bangun dari keterpurukan dan ujian
Menurut Dr. Yusuf Qardhawy dalam bukunya as-Shabru fil Qur'an[1] sabar di bagi menjadi enam:
1.       Sabar ketika menerima cobaan hidup, baik cobaan fisik ataupun non fisik seperti: lapar, haus, sakit, kehilangan orang yang dicinntai, dan lain sebagainya.
2.       Sabar dari keinginan hawa nafsu, yakni kesabaran untuk menginginkan memilik segala kenikmatan hidup, kesenangan dan kemegahan dunia.
3.       Sabar dalam ta'at kepada Allah, yakni dalam melaksanakan ibadah, karna dalam beribadah pasti banyak rintangan dari dalam maupun luar diri.
4.       Sabar dalam berdakwah, karna jalan dakwah merupakan jalan panjang penuh dengan liku-liku disertai onak duri.
5.       Sabar dalam perang, terutama ketika jumlah musuh lebih banyak dan kuat.
6.       Sabar dalam pergaulan, baik antar individu, keluarga, maupun masyarakat.
Ketidaksabaran dengan segala bentuknya adalah sifat tercela. Orang dihinggapi sifat ini, bila menghadapi hambatan dan mengalami kegagalan akan mudah goyah, berputus asa dan mundur dari medan perjuangan.


[1] Yusuf Qardhawy, Al-Qur’an Menyuruh Kita Sabar.,  halmn.137