24.2.14

ANAK DESA MERAJUT MASA DEPAN PENDIDIKAN

Sepintas, judul diatas seolah melambangkan dua hal. pertama, pesimis dan kedua, optimis. itulah tantangan terbesar untuk menjawab pertanyaan Sukses Terbesar Dalam Hidupku?. Lahir sebagai anak petani di desa yang jauh dari kota, dimana untuk pergi ke sekolah harus menempuh 3 KM perjalanan jalan kaki di pagi hari (SD) dilanjutkan perjalanan 2 KM (sekolah agama / madrasah diniyah) di siang hingga sore hari mengajarkanku dalam hidup harus di capai dengan perjuangan. beruntung, setidaknya saya dapat sedikit meringankan beban orang tua terutama biaya sekolah, dengan raihan prestasi rangking pertama sejak kecil sehingga mendapatkan beasiswa bebas SPP dari sekolah. Ternyata, seiring perkembangan usiaku, tantangan semakin besar, teringat ketika masuk ke SMP hanya 2 anak dari desaku yang diterima (termasuk aku, dan teman yang satunya sekarang telah menjadi konsultan kimia di salah satu perusahaan nasional). walaupun untuk bersekolah (ketika itu) kami harus mengayuh sepeda tiap hari yang berjarak lebih dari 7 KM dari kampung kami. namun, satu hal yang selalu memotivasi kami saat itu ; "anak desa pun bisa maju" Namun, cobaan selalu datang (semoga sebagai bukti kecintaan Tuhan kepada hamba-Nya) ketika lulus SMP saya harus putus sekolah karena orang tua yang sudah tidak mampu membiayai terlebih ayahku harus menjalani operasi 2 kali dalam sebulan ketika itu. maka, pilihannya adalah satu, putus sekolah dan membantu menafkahi keluarga. akhirnya, saya harus rela menangis tersedu setiap pagi melihat segerombolan pemuda berseragam putih abu-abu dengan canda riang mereka. namun, satu hal keyakinan saya adalah dalam kesulitan pasti ada kemudahan. Upaya agar tetap bersekolah pun terus saya cari. setidaknya bisa bersekolah walaupun harus dengan bekerja. Alhamdulillah jalan petunjuk mulai terkuak, saya diajak saudara ke jepara untuk bekerja dan bisa bersekolah. tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan. alhamdulillah, tiga tahun pendidikan tingkat SMA dapat saya selesaikan. inilah kebahagiaan yang tiada tara ketika itu. Naluri pembelajarku terus tumbuh, keinginan melanjutkan ke bangku kuliah pun selalu saya mimpikan. Alhamdulillah, di tahun pertengahan 2005 mendapat beasiswa sarjana (s.1 pendidikan Islam) di jakarta dengan beasiswa penuh dengan donatur dari Qatar di pusat ibukota Republik Indonesia. beasiswa penuh, asrama, keperluan sehari-hari semua ditanggung oleh donatur, tetapi harus mengikuti program akslerasi dengan kuliah 1 minggu penuh. alhamdulillah di akhir tahun 2008 saya mampu menyelesaikan studi s.1 saya. sebuah kebahagiaan bagiku dan kebanggan keluarga "anak desa bisa jadi sarjana" Pasca lulus sarjana, saya diamanahi sebagai kepala sekolah SMP swasta di purwodadi (jawa tengah), saya mengiyakan dengan syarat diijinkan mengambil s.2 (magister pasca sarjana di UMS Surakarta). pihak yayasan pun mengabulkan. disaat itulah cemooh dari tetangga, teman, kerabat terus bergulir, wong ndeso kok njupuk s2. opo yo kuat? "orang desa ambil studi s2 (magister) apa mampu? keraguan mereka baik dari sisi kualitas maupun pendanaannya. namun, saya bersikukuh harus bisa..!!!, kabar bahagia menghampiri, bahwa pengajuan beasiswa (s.2) saya dikabulkan sebagai beasiswa fresh gradute sehingga hanya perlu membayar 50% dari biaya perkuliahan. Alhamdulillah, pada bulan maret 2011 saya mampu membuktikan dan menjawab keraguan orang disekitarku dengan menjadi lulusan terbaik wisudawan pascasarjana UMS surakarta dan mendapatkan gelar M.Pd.I (Magister Manajemen Pendidikan Islam). dan ditahun yang sama, mendapatkan panggilan sebagai dosen tetap di STIT Muhammadiyah Pacitan hingga sekarang. Maka statement menjawab sukses terbesar dalam hidupku? adalah ketika saya mampu membuktikan, sebagai anak desa yang hidup jauh dari kecukupan juga mampu berkompetisi dengan orang yang lebih kaya, lebih lengkap fasilitas ataupun kesempurnaan mencukupi kebutuhan mereka. kesuksesan terbesarku adalah terjawabnya "anak desa pun bisa maju". itulah alasan utama saya memberikan judul esay ini dengan "ANAK DESA MERAJUT MASA DEPAN PENDIDIKANNYA".